Friday 20 January 2012

Ngakak sejenak


Ujian Susulan 4 Mahasiswa


Ada 4 orang mahasiswa yang kebetulan telat ikut ujian semester karena bangun kesiangan.
Mereka lantas menyusun strategi untuk kompak kasih alasan yang sama agar dosen mereka berbaik hati memberi ujian susulan.

Mahasiswa A: pak, maaf kami telat ikut ujian semester
mahasiswa B: iya pak. Kami berempat naik angkot yg sama dan ban angkotnya meletus.
Mahasiswa C: iya kami kasihan sama supirnya. Jadinya kami bantu dia pasang ban baru.
mahasiswa D: oleh karena itu kami mohon kebaikan hati bapak untuk kami mengikuti ujian susulan.
Sang dosen berpikir sejenak dan akhirnya memperbolehkan mereka ikut ujian susulan.

Keesokan hari ujian susulan dilaksanakan, tapi keempat mahasiswa diminta mengerjakan ujian di 4 ruangan yg berbeda. "Ah, mungkin biar tidak menyontek," pikir para mahasiswa. Ternyata ujiannya cuma ada 2 soal. Dengan ketentuan mereka baru diperbolehkan melihat dan mengerjakan soal kedua setelah selesai mengerjakan soal pertama.

Soal pertama sangat mudah dengan bobot nilai 10. Keempat mahasiswa mengerjakan dengan senyum senyum.

Giliran membaca soal kedua dengan bobot nilai 90. Keringat dingin pun mulai bercucuran.
Di soal kedua tertulis:

"Kemarin, ban angkot sebelah mana yang meletus?"

====================================

Siapa Itu Thomas Alfa Edison?

Bu guru: "Andi..! coba kamu jawab, siapa itu Thomas Alfa Edison..?"
Andi: "Tidak tau bu guru…".
Bu guru: "Kalo James Watt, siapa dia..?"
Andi: "Ndak tau juga bu guru.."
Bu guru: "Andi! Bagaimana sih kamu ini? ditanya ini itu pasti jawab tidak tau… Tidak pernah belajar ya?"
Andi: "Belajar kok bu guru… Lah coba Andi tanya, bu guru tau ndak siapa Arifin Widodo..?"
Bu guru: "Tidak tau…"
Andi: "Kalau Bambang Setiono Ibu tau?"
Bu guru: "Tidak tau… Emang siapa mereka itu..?"
Andi: "Yaa itulah Bu…, kita khan pasti punya kenalan sendiri-sendiri.."

===================================

Ngapain Mainin HP Malem-malem Gini

Pada suatu malam Jum'at Kliwon, seorang penjaga kuburan melihat ada seorang wanita sedang mainin HP di atas salah satu kuburan. Penjaga kuburanpun menegur:
"Mbak ngapain malam-malam gini mainin hape di atas kuburan?"
Si cewek menjawab "Iya pak, abis dibawah sinyalnya lemah…"
==================================

Pintu Yang Selalu Terbuka

Pada Minggu sore yang cerah, dua orang pemuda RT melakukan kunjungan dari pintu ke pintu untuk pengumpulan dana bantuan kemanusiaan. Ketika mereka mengetuk satu pintu, dan melihat bahwa wanita yang membuka pintu tidak senang melihat mereka.
Wanita itu mengatakan kepada mereka dengan tegas bahwa ia tidak ingin membantu apa-apa, dan sebelum mereka bisa berkata apa-apa lagi, dia membanting pintu di depan mereka. Yang mengejutkan, pintu tidak menutup, bahkan kembali terbuka. Wanita itu mencoba lagi, benar-benar mendorong pintu itu, dan membanting lagi dengan hasil yang sama, pintu kembali terbuka.
Wanita itu yakin bahwa orang-orang muda itu mengganjal pintu dengan kaki mereka, dan kali ini ia mengumpulkan tenaga yang sangat besar untuk membanting pintu itu dengan sangat kuat. Saat itu, salah satu dari mereka berkata dengan tenang,
"Bu, sebelum Anda melakukannya lagi, Anda harus memindahkan kucing Anda terlebih dahulu."

=================================

Kenapa Saya Ditilang Pak?

Pada awal pembicaraan ketika seorang pria ditilang oleh pak polisi :
"Apa salah saya Pak? Saya pake helm, pake jaket, punya SIM, STNK bawa, kenapa saya di tilang ?"
Polisi menjawab dengan enteng :
"Sebel aja gw liat lo… muter2 pake jaket dan pake helm tapi nggak pake motor"
==================================

Berikan Saya Ciuman Terakhirmu

Seorang preman berwajah garang sedang mengendarai motor Harleynya, ketika melewati seorang gadis cantik bergaun panjang yg sedang berdiri di atas jembatan layang.
Ia menghentikan motornya dan bertanya : "apa yg sedang kamu lakukan ?"
Jawab sang Gadis :"saya ingin bunuh diri"
Mengambil kesempatan ini sang preman berkata :"kalau begitu sebelum kamu melompat, berikan saya ciumanmu yg terakhir"
Sang gadis pun menciumnya. Setelah ciuman berakhir, sang preman dengan wajah berseri-seri berkata: "mengapa kamu ingin bunuh diri ? Ciumanmu begitu panas dan menggairahkan. Pasti banyak lelaki yg akan tergila-gila dengan ciumanmu ini"
Dengan sedih sang gadis menjawab : "saya ingin bunuh diri karena orangtua dan keluarga saya menentang saya berpakaian dan berdandan seperti wanita"

===================================

Salim dan Ibu Muda

Si Salim naik busway dan duduk disebelah ibu muda cantik dan sexy.
Kebetulan ibu muda itu baru mulai hendak menyusui bayinya.
Tapi ketika si ibu muda hendak menyusui, si bayi menolaknya..
Si ibu muda berkata " ayo sayang diminum, entar mama kasih sama om yg disebelah loh"…
Sepuluh menit kemudian bayi masih saja tidak mau minum asi.
Si ibu muda membujuk lagi "ayo dong sayang diminum susunya… nanti mama kasih om yg disebelah beneran loh…"
Tiba2 si Salim bicara kepada si ibu muda " Dengar ya mbak..tolong mbak cepat ambil keputusan.. Saya mestinya sudah turun di 4 halte sebelumnya.."

tips menghilangkan kebiasaan nonton Bokep

Buat kamu yang saat ini sedang berusaha untuk menghilangkan kebiasaan nonton film porno atau bokep, ada baiknya kamu mencoba trik-trik berikut:

Nonton di komputer atau laptop:
Jangan menonton film yang berformat .avi .3gp .mp4 atau sejenisnya
Tontonlah film berformat .exe .gif .dll .doc

Jangan gunakan Media Player Classic, Windows Media Player, Winamp atau Media player lainnya (Jika terpaksa, minimize window ketika kamu menonton)

Tontonlah film dengan menggunakan Smadav, Norton, AVG, Kaspersky, PC Mav dll (klik kanan pada film yang ingin ditonton, pilih open with, lalu browse)

Saat menonton disarankan kamu sambil memutar lagu2 relijius, sehingga kamu cepat insaf
Jika cara 1-5 gagal. bagi pengguna PC, matikan monitor saat kamu memutar film porno. dan bagi pengguna laptop, lipat laptop kamu.

Nonton di DVD / CD player:
Jangan hubungkan CD / DVD player kamu pada televisi
Jika kamu terpaksa melakukannya, jangan tekan tombol [TV/AV] pada remot kamu, ganti Channel pada acara2 keagamaan

Gunakan TV hitam putih, 1,4 inch
Jangan membeli bajakan, karena dosanya akan dobel. Kalau kamu kreatif, sekalian jangan beli!
Pinjamlah Disc dari teman kamu, dan JANGAN DIKEMBALIKAN. mengembalikannya sama saja kembali menjerumuskan teman kamu ke dalam dosa

Sebelum memasukkan disc ke dalam CD / DVD player, rendam Disc ke dalam air yang baru mendidih. agar segala dosa larut dalam air panas

Nonton di Ponsel:
5 menit sebelum menonton, ketik REG TOBAT kirim ke 1212, kamu akan dikirimi ringtone dan konten-konten reliji (Untuk berhenti berlangganan, ketik UNREG kirim ke 1212. Ayo buruan kirim, 50 pengirim pertama, dapet gantungan kunci Miyabi. CS: 021 911 9111).

Download lah film porno dari ponsel kamu, agar pulsa kamu cepat habis. Pulsa habis akan mengingatkan kita bahwa, porno ngabisin pulsa.

Kalau cara 2 tidak berhasil, Download lah film porno dari ponsel teman kamu. Teman kita akan memberitahu kita apa akibatnya mendownload porno dari ponsel orang lain.

Usahakan saat menikmati film porno, batre ponsel dalam keadaan benar2 Lowbat
Gunakan Ponsel-ponsel monokrom saat menikmati film porno
Cabut SIM card dari ponsel kamu

Yang tidak boleh dilakukan saat menonton film porno:
Mandi air panas, kulit kamu akan melepuh jika terkena air panas. Cukup Disc kamu yang direndam air panas!
Duduk di bawah kursi, usahakan duduk di atas kursi
Memasak mie campur gula, gula akan menimbulkan rasa manis pada mie, dan itu bisa merusak selera makan kamu
Dekat dengan kambing, setampan apapun kamu, seindah apapun rayuan kamu, kambing tidak akan sudi melayani kamu
Memegang listrik, listrik akan membuat kamu gosong, sehingga kamu akan sulit dikenali
Membuka pintu terlampau lebar, ditakutkan nyamuk menyerang rumahmu!

Tips-tips di atas hanyalah sebuah lelucon kecil untuk yang hobi nonton film porno atau bokep atau bf atau blue, dan istilah-istilah lainnya. Meski begitu kamu tetap bisa mengambil yang positif dari tips tersebut. Walaupun lelucon tapi ada benarnya juga kan?

FIFA

FIFA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fédération Internationale de Football Association
(FIFA)
FIFA Logo(2010).svg
Slogan For the Game. For the World.
Pembentukan 21 Mei 1904
Jenis Federasi asosiasi nasional
Kantor pusat Zurich, Swiss
Keanggotaan 208 asosiasi nasional
Bahasa resmi Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol[1]
Presiden Sepp Blatter
Wakil Presiden Ali bin Al Hussein
Situs web www.FIFA.com
Fédération Internationale de Football Association (FIFA) atau Federasi Internasional Sepak Bola adalah badan pengatur internasional sepak bola. FIFA bermarkas di Zürich, Swiss.
FIFA didirikan di Paris pada 21 Mei 1904 dan merayakan hari jadinya yang ke-100 pada 2004. Pada April 2004, FIFA mengumumkan bahwa mereka memperkirakan akan meraup keuntungan sebesar $144 juta dari $1,64 miliar dalam pendapatan antara tahun 2003 dan 2006.
Peta pembagian konfederasi anggota FIFA.
FIFA juga mempromosikan sepak bola, mengatur transfer pemain antar tim, memberikan gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA, dan menerbitkan daftar Peringkat Dunia FIFA setiap bulannya.
Peraturan sepak bola ditetapkan oleh IFAB (International Football Association Board), yang terdiri dari empat wakil dari FIFA dan masing-masing satu wakil dari The Football Association, Asosiasi Sepak Bola Skotlandia, Asosiasi Sepak Bola Wales, dan Asosiasi Sepak Bola Irlandia Utara.

Asosiasi

Badan ini berfungsi bersama dengan asosiasi-asosiasi regional yang memantau perkembangan sepak bola di berbagai belahan dunia. Keenam konfederasi yang membentuk FIFA (dan wilayah yang di bawah pengawasan mereka) adalah:

Pemerintah dan Pembangunan permainan

Asosiasi disiplin nasional

FIFA sering mengambil peran aktif dalam menjalankan dan mengembangkan olahraga permainan di seluruh dunia. Salah satu sanksi adalah untuk menangguhkan tim dan anggota terkait dari kompetisi internasional ketika pemerintah melakukan intervensi dalam menjalankan organisasi asosiasi anggota FIFA atau jika asosiasi persepakbolaan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Sebuah keputusan 2007 FIFA bahwa seorang pemain dapat didaftarkan dengan maksimal tiga klub, dan muncul dalam pertandingan resmi selama maksimal dua, dalam satu tahun diukur dari 1 Juli-30 Juni telah menimbulkan kontroversi, terutama di negara-negara yang musim silang bahwa tanggal penghalang, seperti dalam kasus dua mantan internasional Irlandia. Sebagai akibat langsung dari kontroversi ini, FIFA dimodifikasi putusan ini pada tahun berikutnya untuk mengakomodasi transfer antara liga dengan keluar dari musim fase.

Turnamen

FIFA melaksanakan kejuaraan-kejuaraan sepak bola seperti :

Daftar presiden

No Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan Negara Asal Keterangan
1 Robert Guérin 1904 1906  Perancis
2 Daniel Burley Woolfall 1906 1918  Inggris
3 Jules Rimet 1921 1954  Perancis Presiden Kehormatan FIFA, dinominasikan 21 Juni 1954
4 Rodolphe Seeldrayers 1954 1955  Belgia
5 Arthur Drewry 1955 1961  Inggris
6 Sir Stanley Rous 1961 1974  Inggris Presiden Kehormatan FIFA, dinominasikan 11 Juni 1974
7 João Havelange 1974 1998  Brasil Presiden Kehormatan FIFA, dinominasikan 8 Juni 1998
8 Sepp Blatter 1998 sekarang  Swiss terpilih pada 8 Juni 1998

Henry Dunant


Jean Henri Dunant (8 Mei 1828 – 30 Oktober 1910), yang juga dikenal dengan nama Henry Dunant, adalah pengusaha dan aktivis sosial Swiss. Ketika melakukan perjalanan untuk urusan bisnis pada tahun 1859, dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino, sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Kenangan dan pengalamannya itu dia tuliskan dalam sebuah buku dengan judul A Memory of Solferino (Kenangan Solferino), yang menginspirasi pembentukan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863. Konvensi Jenewa 1864 didasarkan pada gagasan-gagasan Dunant. Pada tahun 1901, dia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama, bersama dengan Frédéric Passy.

 Masa muda dan pendidikan Dunant

Dunant lahir di Jenewa, Swiss, putra pertama dari pengusaha Jean-Jacques Dunant dan istrinya Antoinette Dunant-Colladon. Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (''Calvinist'') yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya aktif membantu anak yatim-piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat, sedangkan ibunya melakukan kegiatan sosial membantu orang sakit dan kaum miskin.
Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama yang dikenal dengan nama Réveil. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (''Geneva Society for Alms Giving''). Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan yang disebut ”Thursday Association”, sebuah kelompok anak muda tanpa ikatan keanggotaan resmi yang melakukan pertemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial. Pada tanggal 30 November 1852, Dunant mendirikan cabang YMCA di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan Paris yang bertujuan membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional.
Pada tahun 1849, ketika berusia 21, Dunant terpaksa meninggalkan Kolese Kalvin (Collège Calvin) karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelah masa magangnya selesai dengan prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.

 Aljazair

Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia, dan Sisilia karena ditugaskan oleh perusahaan yang melayani “wilayah-wilayah jajahan Setif”, yaitu perusahaan bernama Compagnie genevoise de Colonies de Sétif. Meskipun pengalamannya kurang, Dunant berhasil menyelesaikan penugasan tersebut dengan memuaskan. Terinspirasi oleh pengalaman perjalanan tersebut, Dunant untuk pertama kalinya menulis sebuah buku, yang dia beri judul Notice sur la Régence de Tunis (Kisah tentang Regensi di Tunisia). Buku ini diterbitkan pada tahun 1858.
Pada tahun 1856, Dunant mendirikan perusahaan yang beroperasi di wilayah-wilayah jajahan luar negeri dan, setelah memperoleh konsesi lahan dari Aljazair yang ketika itu berada di bawah pendudukan Prancis, dia juga mendirikan perusahaan perkebunan dan perdagangan jagung bernama Société financière et industrielle des Moulins des Mons-Djémila (Perusahaan Keuangan dan Industri Penggilingan Mons-Djémila). Namun, lahan dan hak atas air yang dijanjikan tidak kunjung ditetapkan dengan jelas, sedangkan otoritas kolonial di Aljazair juga bersikap kurang kooperatif. Oleh karena itu, Dunant memutuskan untuk meminta bantuan secara langsung kepada Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang ketika itu sedang berada di Lombardi bersama pasukannya. Prancis sedang berperang di pihak Piedmont-Sardinia melawan Austria, yang ketika itu menduduki banyak dari wilayah yang dewasa ini bernama Italia. Markas Napoleon terletak di kota kecil bernama Solferino. Dunant menulis sebuah buku yang isinya penuh sanjungan dan pujian bagi Napoleon III untuk dia hadiahkan kepada kaisar tersebut. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan Napoleon III.

 Pertempuran Solferino

Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran antara kedua pihak tadi baru saja selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang berarti yang dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil setempat, terutama kaum perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada para prajurit yang terluka dan sakit. Karena persediaan alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan tidak memadai, Dunant sendiri mengatur pembelian material yang dibutuhkan itu serta membantu mendirikan rumah sakit darurat. Dia berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan “Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione delle Stiviere tak jauh dari tempat itu. Dia juga berhasil membujuk pihak Prancis untuk membebaskan dokter-dokter Austria yang mereka tawan.

 Palang Merah

Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino). Buku ini diterbitkan pada tahun 1862 dengan jumlah 1.600 eksemplar, yang dicetak atas biaya Dunant sendiri. Dalam buku ini, Dunant melukiskan pertempuran yang terjadi, berbagai ongkos pertempuran tersebut, dan keadaan kacau-balau yang ditimbulkannya. Dia juga mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka. Buku ini dia bagikan kepada banyak tokoh politik dan militer di Eropa.
Dunant juga memulai perjalanan ke seluruh Eropa untuk mempromosikan gagasannya. Buku tersebut mendapat sambutan yang sangat positif. Presiden Geneva Society for Public Welfare (Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Umum), yaitu seorang ahli hukum bernama Gustave Moynier, mengangkat buku ini beserta usulan-usulan Dunant di dalamnya sebagai topik pertemuan organisasi tersebut pada tanggal 9 Februari 1863. Para anggota organisasi tersebut mengkaji usulan-usulan Dunant dan memberikan penilaian positif. Mereka kemudian membentuk sebuah Komite yang terdiri atas lima orang untuk menjajaki lebih lanjut kemungkinan mewujudkan ide-ide Dunant tersebut, dan Dunant diangkat sebagai salah satu anggota Komite ini. Keempat anggota lain dalam Komite ini ialah Gustave Moynier, jenderal angkatan bersenjata Swiss bernama Henri Dufour, dan dua orang dokter yang masing-masing bernama Louis Appia dan Théodore Maunoir. Komite ini mengadakan pertemuan yang pertama kali pada tanggal 17 Februari 1863, yang sekarang dianggap sebagai tanggal berdirinya Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Dari awal, Moynier dan Dunant saling berbeda pendapat dan bertikai menyangkut visi dan rencana mereka masing-masing, dan ketidaksepahaman mereka itu semakin lama semakin besar. Moynier menganggap ide Dunant tentang perlunya ditetapkan perlindungan kenetralan bagi para pemberi perawatan sebagai gagasan yang sulit diterima akal serta menasihati Dunant untuk tidak bersikeras memaksakan konsep tersebut. Namun, Dunant terus menganjurkan pendiriannya itu dalam setiap perjalanannya dan dalam setiap pembicaraannya dengan pejabat-pejabat politik dan militer tingkat tinggi. Ini semakin mempersengit konflik pribadi antara Moynier, yang memakai pendekatan pragmatis terhadap proyek tersebut, dan Dunant, yang merupakan idealis visioner di antara kelima anggota Komite itu. Pada akhirnya, Moynier berusaha menyerang dan menggagalkan Dunant ketika Dunant mencalonkan diri untuk posisi ketua Komite.
Pada bulan Oktober 1863, 14 negara berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Komite tersebut di Jenewa untuk membahas masalah perbaikan perawatan bagi prajurit terluka. Namun, Dunant sendiri hanya menjadi ketua protokoler dalam pertemuan tersebut sebagai akibat dari usaha Moynier untuk memperkecil perannya. Setahun kemudian, pada tanggal 22 Agustus 1864, sebuah konferensi diplomatik yang diselenggarakan oleh Parlemen Swiss membuahkan hasil berupa ditandatanganinya Konvensi Jenewa Pertama oleh 12 negara. Untuk konferensi ini pun, Dunant hanya bertugas sebagai pengatur akomodasi bagi peserta.

 Masa yang terlupakan

Bisnis Dunant di Aljazair mengalami kemunduran, sebagian karena devosinya pada cita-cita humanistiknya sendiri. Pada bulan April 1867, bangkrutnya perusahaan keuangan Crédit Genevois mengakibatkan sebuah skandal yang melibatkan Dunant. Dia dipaksa menyatakan pailit dan divonis bersalah oleh Pengadilan Dagang Jenewa pada tanggal 17 Agustus 1868 atas praktik penipuan dalam kasus kebangkrutan tersebut. Keluarganya dan banyak dari teman-temannya sangat terkena dampak dari bankrutnya Crédit Genevois karena mereka banyak berinvestasi dalam perusahaan ini. Masyarakat di Jenewa, sebuah kota dengan tradisi Kalvin yang berakar mendalam, menjadi gusar dan heboh sehingga muncul seruan-seruan agar Dunant mengundurkan diri dari Komite Internasional Palang Merah.
Pada tanggal 25 Agustus 1868, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Komite dan, pada tanggal 8 September, dia dikeluarkan sepenuhnya dari Komite. Moynier, yang menjadi Presiden Komite sejak 1864, berperan besar dalam menyingkirkan Dunant dari Komite.
Pada bulan Februari 1868, ibu Dunant meninggal dunia. Pada akhir tahun itu, Dunant juga dikeluarkan dari YMCA. Pada bulan Maret 1867, dia meninggalkan kota kelahirannya, Jenewa, dan tidak pernah kembali lagi ke sana. Pada tahun-tahun berikutnya, Moynier tampaknya berusaha mempergunakan pengaruhnya untuk memastikan bahwa Dunant jangan sampai menerima bantuan atau dukungan dari teman-temannya. Misalnya, hadiah medali emas Sciences Morales di Pekan Raya Dunia Paris tidak jadi diberikan kepada Dunant sesuai rencana semula, tetapi diberikan kepada Moynier, Dufour, dan Dunant bersama-sama sehingga seluruh uang hadiah tersebut menjadi hak Komite. Tawaran Napoleon III untuk mengambilalih separuh dari kewajiban utang Dunant dengan syarat teman-teman Dunant menjamin pelunasan yang separuh lagi juga digagalkan oleh usaha Moynier.
Dunant pindah ke Paris dan hidup di sana dalam keadaan berkekurangan. Namun, dia terus berupaya mewujudkan gagasan dan rencana kemanusiaannya. Selama berlangsungnya Perang Prancis-Prusia (1870-1871), dia mendirikan Perhimpunan Bantuan Kemanusiaan Bersama (''Allgemeine Fürsorgegesellschaft'') dan, tak lama setelah itu, dia mendirikan Aliansi Bersama untuk Ketertiban dan Peradaban (''Allgemeine Allianz für Ordnung und Zivilisation''). Dunant berargumen tentang perlunya diadakan perundingan perlucutan senjata dan perlunya didirikan sebuah pengadilan internasional untuk memediasi konflik internasional. Kemudian, dia mengupayakan terbentuknya perpustakaan dunia, sebuah gagasan yang mempunyai gema dalam berbagai proyek di kemudian hari, antara lain UNESCO.
Dalam usahanya yang tak pernah berhenti untuk menganjurkan dan mewujudkan gagasan-gagasannya, Dunant semakin mengabaikan situasi keuangan pribadinya sehingga dia semakin terlilit utang dan dijauhi oleh kenalan-kenalannya. Meskipun diangkat sebagai anggota kehormatan Perhimpunan Palang Merah Austria, Belanda, Swedia, Prusia, dan Spanyol, dia nyaris dilupakan dalam perjalanan resmi Gerakan Palang Merah, pun ketika Gerakan ini berkembang pesat ke negara-negara lain. Dunant hidup dalam kemiskinan dan berpindah-pindah tempat antara 1874-1886, termasuk Stuttgart, Roma, Korfu, Basel, dan Karlsruhe. Di Stuttgart, Dunant bertemu mahasiswa Universitas Tübingan (Tübingen University) bernama Rudolf Müller dan kemudian bersahabat karib dengannya. Pada tahun 1881, bersama-sama dengan sejumlah teman dari Stuttgart, Dunant untuk pertama kalinya pergi ke Heiden, sebuah desa peristirahatan di Swiss. Pada 1887, ketika tinggal di London, dia mulai menerima bantuan keuangan bulanan dari sejumlah kerabat jauh. Ini memungkinkan dia untuk hidup dalam kondisi keuangan yang lebih aman. Dunant pindah ke Heiden pada bulan Juli 1887 dan tinggal di desa tersebut selama sisa hidupnya. Sejak 30 April 1892, dia tinggal di rumah sakit dan panti jompo yang dipimpin oleh Dr. Hermann Altherr.
Di Heiden, dia bertemu dengan seorang guru muda bernama Wilhelm Sonderegger dan istrinya Susanna. Mereka mendorongnya untuk mencatat pengalaman hidupnya. Istri Sonderegger mendirikan cabang Palang Merah di Heiden dan, pada tahun 1890, Dunant menjadi presiden kehormatan cabang tersebut. Dengan adanya Sonderegger, Dunant berharap akan dapat mempromosikan gagasan-gagasannya lebih lanjut, termasuk menerbitkan edisi baru bukunya. Namun, persahabatan mereka di kemudian hari menjadi tegang karena Dunant melontarkan tuduhan yang tak dapat dibenarkan bahwa Sonderegger, bersama Moynier di Jenewa, berkonspirasi menentangnya. Sonderegger meninggal pada tahun 1904, di usianya yang baru mencapai 42 tahun. Meskipun hubungan mereka tegang, Dunant sangat terharu dengan kematian Sonderegger yang tak terduga-duga itu. Kekaguman Wilhelm dan Susanna Sonderegger atas Dunant, yang tetap mereka rasakan walaupun Dunant melontarkan tuduhan tersebut, terwariskan kepada anak-anak mereka. Pada tahun 1935, putra mereka, yaitu René, menerbitkan kumpulan surat-surat yang ditulis Dunant kepada ayahnya.

 Kembali diingat publik

Pada bulan September 1895, Georg Baumberger, editor kepala Die Ostschweiz, sebuah surat kabar yang terbit di St. Gall, menulis sebuah artikel tentang pendiri Palang Merah tersebut, yang pernah bertemu dan mengobrol dengannya ketika mereka sedang berjalan-jalan di Heiden sebulan sebelumnya. Artikel ini berjudul “Henri Dunant, pendiri Palang Merah” (Henri Dunant, the founder of the Red Cross) dan muncul di sebuah majalah bergambar terbitan Jerman, Über Land und Meer. Dengan segera artikel ini direproduksi di berbagai media lain di seluruh Eropa. Artikel tersebut mendapat sambutan hangat sehingga Dunant kembali memperoleh perhatian dan dukungan khalayak. Dia kemudian menerima Hadiah Binet-Fendt Swiss dan sebuah surat dari Paus Leo XIII. Berkat bantuan dari janda tsar Rusia, yaitu Maria Feodorovna, dan donasi lain dari berbagai pihak, situasi keuangan Dunant sangat membaik.
Pada tahun 1897, Rudolf Müller, yang saat itu sudah bekerja sebagai guru di Stuttgart, menulis sebuah buku tentang asal-mula Palang Merah. Isi buku ini mengubah sejarah resmi Palang Merah dengan menekankan peran Dunant. Buku ini juga mengikutsertakan teks “Kenangan Solferino.” Dunant mulai berkorespondensi dengan Bertha von Suttner dan menulis banyak sekali artikel dan tulisan lain. Dia terutama aktif menulis tentang hak-hak kaum perempuan. Pada tahun 1897, Dunant memfasilitasi pendirian “Green Cross” (Palang Hijau), sebuah organisasi perempuan yang berumur singkat dan hanya aktif di Brussels.

 Hadiah Nobel Perdamaian

Pada tahun 1901, Dunant menerima Hadiah Nobel Perdamaian pertama yang pernah dianugerahkan, yaitu atas perannya dalam mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa. Dokter militer Norwegia, Hans Daae, yang pernah menerima satu eksemplar buku tulisan Müller itu, mengadvokasikan kasus Dunant kepada Panitia Nobel. Hadiah tersebut adalah hadiah bersama yang diberikan kepada Dunant dan Frédéric Passy, seorang aktivis perdamaian Prancis yang mendirikan Liga Perdamaian dan yang aktif bersama Dunant dalam Aliansi untuk Ketertiban dan Peradaban (Alliance for Order and Civilization). Ucapan selamat resmi yang akhirnya diterima Dunant dari Komite Internasional Palang Merah merepresentasikan rehabilitasi nama Dunant:
“Tak ada yang lebih layak untuk menerima kehormatan ini, karena Andalah yang empat puluh tahun yang lalu mendirikan organisasi internasional bantuan kemanusiaan bagi korban luka di medan tempur. Tanpa Anda, Palang Merah, yang merupakan prestasi kemanusiaan yang agung abad kesembilan belas, barangkali tak akan pernah diusahakan.”
Moynier dan Komite Internasional Palang Merah secara keseluruhan juga dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian tersebut. Meskipun Dunant memperoleh dukungan dari kalangan luas dalam proses seleksi, dia tetap merupakan calon yang kontroversial. Sejumlah pihak berargumen bahwa Palang Merah dan Konvensi Jenewa justru membuat perang menjadi lebih menarik dan menggoda dengan meringankan sebagian dari penderitaan yang ditimbulkan perang. Oleh karena itu, Müller dalam suratnya kepada Panitia Nobel menyampaikan pendapat bahwa hadiah tersebut perlu dibagi antara Dunant dan Passy, yang sempat menjadi calon utama untuk menjadi satu-satunya penerima hadiah tersebut dalam perdebatan yang terjadi selama berlangsungnya proses seleksi. Müller juga menyarankan bahwa sekiranya Dunant dianggap layak untuk menerima Hadiah Nobel, hadiah tersebut perlu segera diberikan kepadanya mengingat usianya yang telah lanjut dan kondisi kesehatannya yang sudah memburuk.
Keputusan Panitia Nobel untuk membagi hadiah tersebut antara Passy, seorang tokoh perdamaian, dan Dunant, seorang tokoh kemanusiaan, menjadi preseden bagi persyaratan mengenai seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang berdampak signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu bagian dalam surat wasiat Nobel menyebutkan bahwa hadiah untuk perdamaian diberikan kepada orang yang berupaya mengurangi atau menghapuskan pasukan tetap (standing armies) atau berupaya untuk scara langsung mempromosikan konferensi perdamaian. Inilah yang membuat Passy secara alamiah terpilih menjadi calon penerima hadiah tersebut berkat usaha-usahanya di bidang perdamaian. Pemberian Hadiah Nobel untuk usaha-usaha di bidang kemanusiaan saja akan menjadi hal yang sangat mencolok, dan hal tersebut dianggap oleh sejumlah pihak sebagai penafsiran yang terlalu luas atas surat wasiat Nobel. Akan tetapi, satu bagian lain dalam surat wasiat Nobel menetapkan hadiah bagi orang yang berprestasi terbaik dalam meningkatkan “persaudaraan antarmanusia” (the brotherhood of people). Ini secara lebih umum bisa ditafsirkan sebagai pesan bahwa usaha-usaha kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh Dunant itu juga terkait dengan usaha-usaha perdamaian. Penerima Hadiah Nobel Perdamaian di tahun-tahun berikutnya yang banyak jumlahnya itu dimasukkan ke dalam salah satu dari dua kategori yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh keputusan Panitia Nobel 1901 tersebut.
Hans Daae berhasil menaruh uang hadiah yang menjadi bagian Dunant, sebesar 104.000 franc Swiss, di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut diakses oleh para kreditor Dunant. Dunant sendiri tak pernah memakai sedikit pun dari uang tersebut dalam hidupnya.

 Kematian dan warisan

Di antara beberapa penghargaan lain yang diterima oleh Dunant di tahun-tahun berikutnya ialah gelar doktor kehormatan dari Fakultas Kedokteran University of Heidelberg, yang diterimanya pada tahun 1903. Dunant tinggal di panti jompo di Heiden hingga akhir hayatnya. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, dia menderita depresi dan ketakutan (paranoia) bahwa dia terus dicari-cari oleh para kreditornya dan Moynier. Bahkan Dunant kadang-kadang mendesak juru masak panti jompo tersebut untuk mencicipi terlebih dulu jatah makanannya di hadapan dia agar dia terlindung dari kemungkinan diracuni. Meskipun mengaku tetap berkeyakinan Kristen, Dunant pada tahun-tahun terakhir hidupnya menolak dan menyerang Kalvinisme dan agama terorganisasi (organized religion) pada umumnya.
Menurut para juru rawatnya, tindakan terakhir yang dilakukan Dunant dalam hidupnya ialah mengirimkan satu eksemplar buku tulisan Müller kepada ratu Italia disertai surat pengantar dari Dunant sendiri. Dunant meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1910, dan kata-kata terakhirnya ialah “Kemana lenyapnya kemanusiaan?” Dunant meninggal hanya dua bulan setelah musuh bebuyutannya, Moynier. Meskipun ICRC menyampaikan ucapan selamat kepada Dunant atas penganugerahan Hadiah Nobel tersebut, kedua rival ini tak pernah berrekonsiliasi.
Sesuai keinginannya, Dunant dikuburkan tanpa upacara di Kompleks Pemakaman Sihlfeld di Zurich. Dalam surat wasiatnya, dia mendonasikan sejumlah uang untuk menyediakan satu “ranjang gratis” di panti jompo di Heiden tersebut, yang harus selalu tersedia untuk warga miskin kawasan itu. Dia juga memberikan sejumlah uang, melalui akte notaris, kepada teman-temannya dan kepada organisasi amal di Norwegia dan Swiss. Sisa uangnya dia berikan kepada para kreditornya sehingga sebagian utangnya lunas. Ketidakmampuan Dunant untuk sepenuhnya melunasi utang-utangnya menjadi beban besar baginya hingga hari kematiannya.
Hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia (''World Red Cross and Red Crescent Day''). Panti jompo di Heiden yang dulu menampungnya itu sekarang menjadi Museum Henry Dunant. Di Jenewa dan sejumlah kota lain ada banyak sekali jalan, lapangan, dan sekolah yang dinamai dengan namanya. Medali Henry Dunant, yang dianugerahkan setiap dua tahun oleh Komisi Tetap Gerakan Palang Merah dan Palang Merah Internasional, merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan oleh Gerakan.
Kisah hidup Dunant diceritakan, dengan sejumlah unsur fiksi, dalam film D'homme à hommes (1948) yang dibintangi oleh Jean-Louis Barrault. Masa hidup Dunant ketika Palang Merah didirikan ditampilkan dalam film produksi bersama internasional yang berjudul Henry Dunant: Red on the Cross (2006). Pada tahun 2010, Takarazuka Revue menggelar drama musikal berdasarkan pengalaman Dunant di Solferino dan proses pendirian Palang Merah. Drama musikal ini berjudul ソルフェリーノの夜明け (Fajar di Solferino, atau Kemana Lenyapnya Kemanusiaan?).

Baden powell

Robert Baden-Powell


Robert Baden-Powell,
1st Baron Baden-Powell
22 Februari 1857 – 8 Januari 1941 (umur 83)
Robert Baden-Powell
Pendiri Kepanduan
Nama julukan B-P
Tempat kelahiran Paddington, London, Inggris
Tempat kematian Nyeri, Kenya
Dinas/cabang Tentara Britania
Lama berdinas 1876–1910
Pangkat Letnan Jenderal
Komando Chief of Staff, Second Matabele War (1896–1897),
ke-5 Dragoon Guards in India (1897),
Inspector General of Cavalry, England (1903)
Pertempuran/perang Perang Anglo-Ashanti,
Perang Matabele Kedua,
Siege of Mafeking,
Perang Boer Kedua
Penghargaan Ashanti Star (1895),[1]
Matabele Campaign, British South Africa Company Medal (1896),[2]
Queen's South Africa Medal (1899),[3]
King's South Africa Medal ( 1902),[4]
Boy Scouts Silver Wolf
Boy Scouts Silver Buffalo Award (1926),[5]
World Scout Committee Bronze Wolf (1935),[6]
Order of Merit (1937),
Wateler Peace Prize (1937),
Order of St Michael and St George,
Royal Victorian Order,
Order of the Bath
Pekerjaan lain Pendiri Gerakan Kepanduan Internasional; penulis; seniman
Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, 1st Baron Baden-Powell, OM, GCMG, GCVO, KCB (lahir di Paddington, London, Inggris, 22 Februari 1857 – meninggal di Nyeri, Kenya, 8 Januari 1941 pada umur 83 tahun) ialah tentara, penulis dan pendiri gerakan kepanduan dunia.

 Kehidupan awal

Baden-Powell dilahirkan di Paddington, London pada 1857. Dia adalah anak ke-6 dari 8 anak profesor Savilian yang mengajar geometri di Oxford. Ayahnya, pendeta Harry Baden-Powell, meninggal ketika dia berusia 3 tahun, dan ia dibesarkan oleh ibunya, Henrietta Grace Smith, seorang wanita yang berketetapan bahwa anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada 1933, "Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya."
Selepas menghadiri Rose Hill School, Tunbridge Wells, Baden-Powell dianugerahi beasiswa untuk sekolah umum Charterhouse. Perkenalannya kepada kemahiran pramuka adalah memburu dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan, yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga bermain piano dan biola, mampu melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangan dengan tangkas, dan gemar bermain drama. Masa liburan dihabiskan dengan ekspedisi belayar atau berkanu dengan saudara-saudaranya.
Dia mengarang beberapa buku, di antaranya yakni jungle book, girl guides, scouiting for boys, aids to scouting, rovering to succes

 Karier Ketentaraan

Pada tahun 1876, Baden-Powell bergabung dengan 13th Hussars di India. Pada tahun 1895 dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun 1897 untuk memimpin 5th Dragoon Guards.
Baden-Powell saling berlatih dan mengasah kemahiran kepanduannya dengan suku Zulu pada awal 1880-an di jajahan Natal Afrika Selatan di mana resimennya ditempatkan dan ia diberi penghargaan karena keberaniannya. Ada 3 penghargaan yang diberi angkatan perang Zulu yaitu:
  • impeesa : serigala yang tak pernah tidur, karena dia sering berjaga-jaga saat malam.
  • kantankye : orang pemakai topi lebar, karena dia selalu memakai topi lebar.
  • m'hlalapanzi: orang bertiarap yang siap menembak.
Kemahirannya mengagumkan dan dia kemudian dipindahkan ke dinas rahasia Inggris. Dia sering bertugas dengan menyamar sebagai pengumpul kupu-kupu, memasukkan rancangan instalasi militer ke dalam lukisan-lukisan sayap kupu-kupunya.
Baden-Powell kemudian ditempatkan di dinas rahasia selama 3 tahun di daerah Mediterania yang berbasis di Malta. Dia kemudian memimpin gerakan ketentaraannya yang berhasil di Ashanti, Afrika, dan pada usia 40 dipromosikan untuk memimpin 5th Dragoon Guards pada tahun 1897. Beberapa tahun kemudian, dia menulis buku panduan ringkas bertajuk "Aids to Scouting", ringkasan ceramah yang dia berikan mengenai peninjau ketentaraan, untuk membantu melatih perekrutan tentara baru. Menggunakan buku ini dan kaidah lain, ia melatih mereka untuk berpikir sendiri, menggunakan daya usaha sendiri, dan untuk bertahan hidup dalam hutan.
Baden-Powell kembali ke Afrika Selatan sebelum Perang Boer dan terlibat dalam beberapa tindakan melawan Zulu. Dinaikkan pangkatnya pada masa Perang Boer menjadi kolonel termuda dalam dinas ketentaraan Britania, dia bertanggung jawab untuk organisasi pasukan perintis yang membantu tentara biasa. Ketika merencanakan hal ini, dia terperangkap dalam pengepungan Mafeking, dan dikelilingi oleh tentara Boer yang melebihi 8.000 orang. Walaupun berjumlah lebih kecil, garnisun itu berhasil bertahan dalam pengepungan selama 217 hari. Sebagian besar keberhasilan itu dikatakan sebagai hasil beberapa muslihat yang dilaksanakan atas perintah Baden-Powell sebagai komandan garnisun. Ranjau-ranjau palsu ditanam, dan tentaranya diperintah untuk menghindari pagar kawat olok-olok (tidak ada) saat bergerak antara parit kubu.
Baden-Powell melaksanakan kebanyakan kerja peninjauan secara pribadi dan membina pasukan kanak-kanak asli untuk berjaga dan membawa pesan-pesan, kadang menembus pertahanan lawan. Banyak dari anak-anak ini kehilangan nyawanya dalam melaksanakan tugas. Baden-Powell amat kagum dengan keberanian mereka dan kesungguhan mereka yang ditunjukkan ketika melaksanakan tugas. Pengepungan itu dibubarkan oleh Pembebasan Mafeking pada 16 Mei 1900. Naik pangkat sebagai Mayor Jendral, Baden-Powell menjadi pahlawan nasional.
Setelah mengurusi pasukan polisi Afrika Selatan Baden-Powell kembali ke Inggris untuk bertugas sebagai Inspektur Jendral pasukan berkuda pada tahun 1903.

 Pulang ke Inggris

Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya "Aids to Scouting" telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.
Kembali dari pertemuan dengan pendiri Boys' Brigade, Sir William Alexander Smith, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja, dan pada tahun 1907 membuat satu perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "Scouting for Boys" kemudian diterbitkan pada tahun 1908 dalam 6 jilid.
Kanak-kanak remaja membentuk "Scout Troops" secara spontan dan gerakan Pramuka berdiri tanpa sengaja, pada mulanya pada tingkat nasional, dan kemudian pada tingkat internasional. Gerakan pramuka berkembang seiring dengan Boys' Brigade. Suatu pertemuan untuk semua pramuka diadakan di Crystal Palace di London pada 1908, di mana Baden-Powell menemukan gerakan Pandu Puteri yang pertama. Pandu Puteri kemudian didirikan pada tahun 1910 di bawah pengawasan saudara perempuan Baden-Powell, Agnes Baden-Powell.
Walaupun dia sebenarnya dapat menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat Raja Edward VII, yang mengusulkan bahawa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan gerakan Pramuka.
Pada Januari 1912 Baden-Powell bertemu calon isterinya Olave Soames di atas kapal penumpang (Arcadia) dalam perjalanan ke New York untuk memulai Lawatan Pramuka Dunia. Olave berusia 23, Baden-Powell 55, dan mereka berkongsi tanggal lahir. Mereka bertunangan pada September tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran Baden-Powell, karena perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu. Untuk menghindari gangguan pihak pers, mereka melangsungkan pernikahan secara rahasia pada 30 Oktober 1912. Dikatakan bahwa Baden-Powell hanya memiliki satu petualangan lain dengan wanita (pertunganannya yang gagal dengan Juliette Magill Kinzie Gordon).
Pramuka Inggris menyumbang satu penny masing-masing dan mereka membelikan Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce. ‹‹‹›››

Perang Dunia I dan kejadian-kejadian selanjutnya

Ketika pecah Perang Dunia I pada tahun 1914, Baden-Powell menawarkan dirinya kepada Jabatan Perang. Tiada tanggung jawab diberikan kepada beliau, sebab, seperti yang dikatakan oleh Lord Kitchener: "dia bisa mendapatkan beberapa divisi umum dengan mudah tetapi dia tidak dapat mencari orang yang mampu meneruskan usaha baik Boy Scouts." Kabar angin menyatakan Baden-Powell terkait dalam kegiatan spionase dan dinas rahasia berusaha untuk menggalakkan mitos tersebut.
Baden-Powell dianugerahi gelar Baronet pada tahun 1922, dan bergelar Baron Baden-Powell, dari Gilwell dalam County Essex, pada tahun 1929. Taman Gilwell adalah tempat latihan Pemimpin Pramuka Internasional. Baden-Powell dianugerahi Order of Merit dalam sistem penghormatan Inggris pada tahun 1937, dan dianugerahi 28 gelar lain dari negara-negara asing.
Dalam sajak singkat yang ia tulis, ia menjelaskan bagaimana mengucapkan namanya:
Man, Nation, Maiden
Please call it Baden.
Further, for Powell
Rhyme it with Noël.
Dibawah usaha gigihnya pergerakan Pramuka dunia berkembang. Pada tahun 1922 terdapat lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun 1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
Keluarga Baden-Powell memiliki tiga anak – satu anak laki-laki dan dua perempuan (yang mendapat gelar-gelar kehormatan pada 1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan ayahnya pada 1941:
  • Peter, kemudian 2nd Baron Baden-Powell (1913-1962)
  • Hon. Heather Baden-Powell (1915-1986)
  • Hon. Betty Baden-Powell (1917-2004) yang pada 1936 menikah dengan Gervase Charles Robert Clay (lahir 1912 dan memiliki 3 anak laki-laki dan 1 perempuan)
Tidak lama selepas menikah, Baden-Powell berhadapan dengan masalah kesehatan, dan mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit kepala terus menerus, yang dianggap dokternya berasal dari gangguan psikosomatis dan dirawat dengan analisa mimpi. Sakit kepala ini berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar tidur baru di balkon rumahnya. Pada tahun 1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun 1939 dia pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada 8 Januari 1941.
Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell dan semua gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi pada 1939 Royal Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah untuk tahun itu, karena pecahnya Perang Dunia II.
Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan 22 Februari sebagai hari B-P, tanggal lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell, untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia.

 Mengenai ketertarikannya pada anak laki-laki

Dua penulis biografi Baden-Powell, Michael Rosenthal dari Columbia University dan Tim Jeal, menganggap bahwa ia adalah homoseksual yang tertekan. Buku Tim Jeal yang diriset selama lebih dari 5 tahun, diterbitkan oleh Yale University Press dan diterima dengan baik oleh New York Times, Washington Post dan penerbitan-penerbitan terkemuka lain.
Selain bukti-bukti lain, Jeal menyebutkan suatu contoh kejadian di bulan November 1919. Ketika mengunjungi Charterhouse, sekolahnya dulu, Baden-Powell tinggal bersama teman lamanya, A. H. Tod, seorang guru lajang dan pemilik rumah yang telah mengambil foto-foto telanjang murid-muridnya sebagai bagian dari kumpulan foto mengenai sekolah. Dalam buku hariannya, Baden-Powell menulis tentang hal ini: "Tinggal dengan Tod. Foto-foto anak laki-laki telanjang dan pohon-pohon yang diambil oleh Tod. Bagus sekali." Dalam surat-surat selanjutnya kepada Tod mengenai memulai gerakan Pramuka di sekolah itu, Baden-Powell menyebut bahwa ia akan segera berkunjung kembali dan menambahkan: "Mungkin saya ingin melihat kembali foto-fotomu yang indah itu."
Foto-foto Tod bertahan sampai tahun 1960-an, ketika mereka dihancurkan mungkin untuk "melindungi reputasi Tod." Namun R. Jenkyns mengatakan bahwa album tersebut mengandung foto-foto anak laki-laki telanjang dalam pose-pose yang, menurut pendapatnya, "dibuat-buat dan artifisial." Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa Tod atau Powell memiliki tujuan buruk, dan foto-foto tersebut dibuat sesuai dengan tradisi pada saat itu mengenai seni yang juga ditampilkan dalam lukisan-lukisan Henry Scott Tuke, foto-foto Baron Wilhelm von Gloeden, dan lain-lain.
Jeal juga menyebutkan bahwa Baden-Powell "...tetap memuji tubuh laki-laki ketika telanjang dan merendahkan tubuh wanita. Di Gilwell park, tempat perkemahan Pramuka di hutan Epping, ia selalu menikmati pemandangan anak-anak laki-laki berenang telanjang, dan kadang-kadang berbincang dengan mereka setelah mereka 'melepas baju mereka.'" (pembicaraan pribadi antara Jeal dan anggota-anggota Pramuka lama).
Walaupun menikmati keindahan anak-anak laki-laki, Baden-Powell tidak diketahui pernah bertindak dalam ketertarikannya dengan anak laki-laki. Sebaliknya, ia sangat teguh berpendapat untuk menekan keinginan seksual, terutama dalam komunikasinya dengan anak-anak laki-laki. Ia memasukkan larangan yang jelas melawan masturbasi dalam panduan-panduan Pramuka awal (sedemikian jelasnya sehingga Cox, penerbitnya, menolak untuk mencetak hal ini sebelum bahasanya diperhalus), dan sampai usia 80-an terus bersurat dengan anggota-anggota Pramuka dan memerintahkan mereka untuk mengendalikan keinginan mereka untuk "merusak diri sendiri." Ia percaya pada pendapat saat itu bahwa hal ini menyebabkan penyakit, kegilaan dan impotensi seksual. Pandangan-pandangannya tidak disetujui oleh semua orang. Dr. F. W. W. Griffin, editor The Scouter, menulis pada 1930 dalam buku untuk Rover Scouts bahwa godaan untuk bermasturbasi adalah "tahapan yang cukup alami dalam perkembangan" dan merujukkan anggota-anggota Pramuka kepada sebuah buku oleh H. Havelock Ellis yang berpendapat bahwa "usaha untuk mencapai hidup tanpa seks adalah kesalahan serius." (Tim Jeal, Baden-Powell: Founder of the Boy Scouts 1989, hal. 93-94)